Senin, 30 Mei 2011

Titik Hitam Diatas Kertas Putih

Bertahun-tahun yang lalu hingga sekitar beberapa bulan yang lalu, terus
terang saya menjadi seorang yang merasa kehidupan dunia ini datar-datar
saja, tidak ada yang istimewa dan layak disyukuri. Bagi saya saat tidurlah
suatu kebahagiaan terindah. Entahlah, saya begitu menyesal atas apa yang
saya miliki, istri, pekerjaan, kehidupan, kemampuan serta fisik yang saya
miliki sepertinya tidak sesuai harapan. Saya selalu merasa menjadi orang
yang KEKURANGAN di dunia ini. Semakin kuat saya berusaha untuk merubah
keadaan, yang saya terima adalah semakin banyak kekecewaan. Saya tidak tahu
harus memulai dari mana, hingga suatu saat seorang ”sahabat” memberikan
suatu nasehat yang sungguh luar biasa dan memberikan suatu gambaran utuh
tentang sebuah arti syukur dalam kehidupan. Di suatu tempat aku dan
sahabatku berbincang-bincang :

”Ya...aku mengerti apa yang kau alami, tidak hanya kamu akupun sendiri
pernah mengalami dan mungkin banyak orang lainnya, sekarang aku akan ambil
satu kertas putih kosong dan aku tunjukkan padamu, apa yang kamu lihat ?”,
ucap sahabatku.

”Aku tidak melihat apa-apa semuanya putih”, jawabku lirih.

Sambil mengambil spidol hitam dan membuat satu titik ditengah kertasnya,
sahabatku berkata ”Nah..sekarang aku telah beri sebuah titik hitam diatas
kertas itu, sekarang gambar apa yang kamu lihat?”.

”Aku melihat satu titik hitam”,jawabku cepat.

”Pastikan lagi !”, timpal sahabatku.

”titik hitam”,jawabku dengan yakin.

”Sekarang aku tahu penyebab masalahmu. Kenapa engkau hanya melihat satu
titik hitam saja dari kertas tadi? cobalah rubah sudut pandangmu, menurutku
yang kulihat bukan titik hitam tapi tetap sebuah kertas putih meski ada
satu noda didalamnya, aku melihat lebih banyak warna putih dari kertas
tersebut sedangkan kenapa engkau hanya melihat hitamnya saja dan itu pun
hanya setitik ?”. Jawab Sahabatku dengan lantang,

”Sekarang mengertikah kamu ?, Dalam hidup, bahagia atau tidaknya hidupmu
tergantung dari sudut pandangmu memandang hidup itu sendiri, jika engkau
selalu melihat titik hitam tadi yang bisa diartikan kekecewaan, kekurangan
dan keburukan dalam hidup maka hal-hal itulah yang akan selalu hinggap dan
menemani dalam hidupmu”.

”Cobalah fahami, bukankah disekelilingmu penuh dengan warna putih, yang
artinya begitu banyak anugerah yang telah diberikan oleh Tuhan kepada kamu,
kamu masih bisa melihat, mendengar, membaca, berjalan, fisik yang utuh dan
sehat, anak yang lucu-lucu dan begitu banyak kebaikan dari istrimu daripada
kekurangannya, berapa banyak suami-suami yang kehilangan istrinya ?, Juga
begitu banyak kebaikan dari pekerjaanmu dilain sisi banyak orang yang antri
dan menderita karena mencari pekerjaan. Begitu banyak orang yang lebih
miskin bahkan lebih kekurangan daripada kamu, kamu masih memiliki rumah
untuk berteduh, aset sebagai simpananmu di hari tua, tabungan , asuransi
dan teman-teman yang baik yang selalu mendukungmu. Kenapa engkau selalu
melihat sebuah titik hitam saja dalam hidupmu ?” dan juga........ .........
.

”Itulah kamu, betapa mudahnya melihat keburukan orang lain,
padahal begitu banyak hal baik yang telah diberikan orang lain kepada kamu.
Itulah kamu, betapa mudahnya melihat kesalahan dan kekurangan orang lain,
sedangkan kamu lupa kelemahan dan kekurangan diri kamu..
Itulah kamu, betapa mudahnya kamu menyalahkan dan mengingkari- Nya atas
kesusahan hidupmu, padahal begitu besar anugerah dan karunia yang telah
diberikan oleh-Nya dalam hidupmu. Itulah kamu betapa mudahnya menyesali
hidup kamu padahal
banyak kebahagiaan telah diciptakan untuk kamu dan menanti kamu”.

Mengapa kamu hanya melihat satu titik hitam pada kertas ini? PADAHAL
SEBAGIAN KERTAS INI BERWARNA PUTIH ?, sekarang mengetikah engkau?” ucap
sahabatku sambil pergi (entah kemana).

”Ya aku mengerti”, ucapku lirih.

Kertas itu aku ambil, aku buatkan satu pigora indah dan aku gantung di
dinding rumahku. Bukan untuk SESEMBAHAN bagiku tapi sebagai PENGINGAT
dikala lupa,..lupa. ..bahwa begitu banyak warna putih di hidupku daripada
sebuah titik hitam. Sejak itu aku mencintai HIDUP ini. Bisa Hidup adalah
suatu anugerah yang paling besar yang diberikan kepada kita oleh Perekayasa
Agung. Aku tidak akan menyia-nyiakannya. Pak Mariopun juga pernah berpesan
kepadaku : ”Terkadang Tuhan menaruh kita pada tempat yang sulit supaya kita
tahu dan menyadari bahwa tidak ada yang sulit bagi Tuhan”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar